Sore yang orange itu di sebuah desa yang ramai..
Di tempat yang biasa dipakai anak – anak kecil main. Banyak anak yang main disana. Nggak tau juga rumah dari salah seorang gadis disana dijadikan tempat bermain. Mungkin karena halamannya luas. Banyak anak yang berlarian kesana kemari saling berkerjaran dengan teman bermainya.
Ada juga Nova si pemilik rumah dan Eno temannya sedang berbincang – bincang. Mereka sebenarnya sudah remaja tapi masih saja bermain walau hanya berbincang – bincang sesekali juga menganggu anak kecil yang sedang main masak – masakan.
“eh itu Visa tuh! Bawa apa ya dia? Jailin yok!” akal Eno mulai mengajaknya untuk jail lagi. Nova hanya melirik kearah Eno tanda setuju.
“Visa! Wah cantiknya udah mandi ya? Sini dong cium dikit!” hardiknya untuk Visa si gadis kecil 4th itu.
“iya dong! Nggak ah tante Eno belum mandi!” jawabnya dengan sedikit pelo namun centil
“eh awas kamu ya! Tak ambil lo rotinya. Sini buat aku aja” Nampak nya Nova mulai angkat bicara tanda gemes.
“nggak ah! Nggak mau! Jangan!! Mama!!! tante nova sama tante eno nakal!” teriaknya ketakutan namun sebenarnya dia sedikit mengejek kepada mereka biar lebih dramatis.
Melihat itu Eno langsung mengambil roti nya dan dibawa lagi. Visa mengejarnya dengan penuh rasa keadilan dan hak milik. Nova segera membantu Eno mengamankan rotinya. Dan visa dengan sirgap mulai mengejar nova. Dan eno kini yang memegang rotinya visa kembali ngejar eno. Dan begitu seterusanya hingga berulang – ulang.
“hah – hah ! udah ah capek! Udah Vis! Stop – stop!” kata eno sambil terengah – engah dengan roti ditangannya yang diangkat keatas supaya Visa nggak bisa meraihnya.
“roti! Roti!” dengan melompat – lompat meraih nya Visa yang masih belum menyerah untuk roti itu.
“udah – udah visa stop!” eno coba menenangkan Visa. Dan visa masih tak gentar untuk roti nya.
“ya udah gini deh, ini rotinya di kembaliin. Tapi kami minta secuil ya” Nova dengan bijaksana mereda Eno dan Visa
“setuju! Nih rotimu” Eno memilih untuk dewasa sambil mengembalikan roti yang sudah dirampasnya dari Visa.
Visa pun mengambilnya dan “nggak mau! Wekk!” segera lari lagi sebelum mereka berdua mengejarnya.
Eno dan Nova hanya tertawa dan sebenarnya mereka hanya menggoda Visa yang centil nan imut itu.
Ketika Visa berlari untuk mengamankan rotinya dari serangan lawan yang seperti tadi, tiba – tiba dia berhenti. Dia melihat seekor kucing yang seolah sudah memperhatikan nya dari tadi di kejauhan.
“apa kamu cing? Mau roti? Nih nih ambil wek!!” sekali lagi Visa malah dengan sukarela memberi nyawa nya kepada lawan.
Dan kali ini lawannya seekor kucing. Yang kapan saja bisa membahayakan Visa tanpa ada peringatan terlebih dahulu. Tapi untung kucing hanya menatap Visa dengan wajah kucing yang khas dari kebanyakan kucing pada umumnya.
Visa terus menggoda kucing itu sambil menyodor – nyodorkan rotinya. Namun si kucing hanya terdiam seolah dalam hati si kucing itu bilang “siapa juga yang doyan sama roti itu, sorry ya aku sukanya ikan asin. Mama kamu tadi goreng ikan asin kan? Buat aku aja ya” kucing lalu pergi meninggalkan Visa seolah mau ngambil ikan asin dirumah Visa.
“eh kucing tunggu!! Ini rotinya buat kamu yang separohnya..” kata visa sambil mengikuti kucing
“tuh lihat si Visa malah ngasih rotinya ke kucing. Tadi aja kita ambil dia bela – bain ngejar kita.” Protes Nova sama Eno. Kali ini Eno melirik sinis tanda setuju
Sementara itu, kucing melihat seekor tikus yang keluar dari lubang disudut halaman rumah Nova. Segeralah kucing diam – diam melangkah menuju tikus yang mungkin baru bangun dari tidurnya. Siap – siap kucing memasang mode 123 untuk menyerang tikus.
“HUUUWAAAAA!!!” Suara meyeramkan itu datang dari Visa yang membuat semut juga tebangun. Visa masih mengikuti kucing itu. Sontak kucing dan tikus kaget. Kini mata yang kaget itu melotot ke arah Visa. Visa terdiam sejenak. Tengok kanan kiri dan... “LARI!!!” Visa berlari tanpa mode 123.
Dan..
Kali ini kucing ditambah tikus lah yang mengejar Visa. “Visa dalam bahaya 123. Lihat tu!” seru eno sambil menujuk kearah visa. Nova yang melihatnya segera memasang mode 456 untuk menangkap Visa. Enopun juga sama.
Visa masih berlari. Mata marah itu pun juga masih mengejarnya. Visa menambah kecepatan larinya siap siap menuju garis finish yang sudah ada Nova dan Eno yang menunggunya untuk menolong.
Visa melompat kepelukan Nova dan “hap!” tangkapan yang bagus. Nova segera menggendong Visa dan berlari. Sementara eno melempar batu kearah kucing dan tikus dengan maksud memperlambat langakah lawan.
Meskipun mereka terengah – engah nampaknya kucing dan tikus tidak kelihatan lagi. Mereka berhenti dibawah pohon. Akhinya mereka selamat dari mata marah itu.
Cerita tentang Navisa, Eno dan Nova pun selesai!
Cerita yang tertinggal ! : sebenarnya tikuslah yang lari mengejar Visa terlebih dahulu. Eh bukan, tikus hanya kelaparan. Karena baru bangun tidur dan melihat roti hasrat hewaninya yang pemburu seolah terlihat mengejar. Padahal dia ingin meraih rotinya saja. Visa yang ketakutan reflek lari. Tikus yang masih ingin roti nya matanya tetap tertuju kearah roti. Lalu mengerjarnya. Dan kucing yang penangakap tikus ingin segera menangkap dan memakan daging tikus yang gemuk itu. Kejar – kejaran deh akhirnya.
Well, rotinya?
Rotinya udah jatuh ditempat? kejadian saat Visa mulai berlari.
And than tikus dan kucing?
tikus yang berubah menjadi kuat dan besar. Tikus lah yang menangkap kucing dan sampe bisa menganggakat kucing.
Eh lah kok? Iya dong, bisa jadi kan?
Di tempat yang biasa dipakai anak – anak kecil main. Banyak anak yang main disana. Nggak tau juga rumah dari salah seorang gadis disana dijadikan tempat bermain. Mungkin karena halamannya luas. Banyak anak yang berlarian kesana kemari saling berkerjaran dengan teman bermainya.
Ada juga Nova si pemilik rumah dan Eno temannya sedang berbincang – bincang. Mereka sebenarnya sudah remaja tapi masih saja bermain walau hanya berbincang – bincang sesekali juga menganggu anak kecil yang sedang main masak – masakan.
“eh itu Visa tuh! Bawa apa ya dia? Jailin yok!” akal Eno mulai mengajaknya untuk jail lagi. Nova hanya melirik kearah Eno tanda setuju.
“Visa! Wah cantiknya udah mandi ya? Sini dong cium dikit!” hardiknya untuk Visa si gadis kecil 4th itu.
“iya dong! Nggak ah tante Eno belum mandi!” jawabnya dengan sedikit pelo namun centil
“eh awas kamu ya! Tak ambil lo rotinya. Sini buat aku aja” Nampak nya Nova mulai angkat bicara tanda gemes.
“nggak ah! Nggak mau! Jangan!! Mama!!! tante nova sama tante eno nakal!” teriaknya ketakutan namun sebenarnya dia sedikit mengejek kepada mereka biar lebih dramatis.
Melihat itu Eno langsung mengambil roti nya dan dibawa lagi. Visa mengejarnya dengan penuh rasa keadilan dan hak milik. Nova segera membantu Eno mengamankan rotinya. Dan visa dengan sirgap mulai mengejar nova. Dan eno kini yang memegang rotinya visa kembali ngejar eno. Dan begitu seterusanya hingga berulang – ulang.
“hah – hah ! udah ah capek! Udah Vis! Stop – stop!” kata eno sambil terengah – engah dengan roti ditangannya yang diangkat keatas supaya Visa nggak bisa meraihnya.
“roti! Roti!” dengan melompat – lompat meraih nya Visa yang masih belum menyerah untuk roti itu.
“udah – udah visa stop!” eno coba menenangkan Visa. Dan visa masih tak gentar untuk roti nya.
“ya udah gini deh, ini rotinya di kembaliin. Tapi kami minta secuil ya” Nova dengan bijaksana mereda Eno dan Visa
“setuju! Nih rotimu” Eno memilih untuk dewasa sambil mengembalikan roti yang sudah dirampasnya dari Visa.
Visa pun mengambilnya dan “nggak mau! Wekk!” segera lari lagi sebelum mereka berdua mengejarnya.
Eno dan Nova hanya tertawa dan sebenarnya mereka hanya menggoda Visa yang centil nan imut itu.
Ketika Visa berlari untuk mengamankan rotinya dari serangan lawan yang seperti tadi, tiba – tiba dia berhenti. Dia melihat seekor kucing yang seolah sudah memperhatikan nya dari tadi di kejauhan.
“apa kamu cing? Mau roti? Nih nih ambil wek!!” sekali lagi Visa malah dengan sukarela memberi nyawa nya kepada lawan.
Dan kali ini lawannya seekor kucing. Yang kapan saja bisa membahayakan Visa tanpa ada peringatan terlebih dahulu. Tapi untung kucing hanya menatap Visa dengan wajah kucing yang khas dari kebanyakan kucing pada umumnya.
Visa terus menggoda kucing itu sambil menyodor – nyodorkan rotinya. Namun si kucing hanya terdiam seolah dalam hati si kucing itu bilang “siapa juga yang doyan sama roti itu, sorry ya aku sukanya ikan asin. Mama kamu tadi goreng ikan asin kan? Buat aku aja ya” kucing lalu pergi meninggalkan Visa seolah mau ngambil ikan asin dirumah Visa.
“eh kucing tunggu!! Ini rotinya buat kamu yang separohnya..” kata visa sambil mengikuti kucing
“tuh lihat si Visa malah ngasih rotinya ke kucing. Tadi aja kita ambil dia bela – bain ngejar kita.” Protes Nova sama Eno. Kali ini Eno melirik sinis tanda setuju
Sementara itu, kucing melihat seekor tikus yang keluar dari lubang disudut halaman rumah Nova. Segeralah kucing diam – diam melangkah menuju tikus yang mungkin baru bangun dari tidurnya. Siap – siap kucing memasang mode 123 untuk menyerang tikus.
“HUUUWAAAAA!!!” Suara meyeramkan itu datang dari Visa yang membuat semut juga tebangun. Visa masih mengikuti kucing itu. Sontak kucing dan tikus kaget. Kini mata yang kaget itu melotot ke arah Visa. Visa terdiam sejenak. Tengok kanan kiri dan... “LARI!!!” Visa berlari tanpa mode 123.
Dan..
Kali ini kucing ditambah tikus lah yang mengejar Visa. “Visa dalam bahaya 123. Lihat tu!” seru eno sambil menujuk kearah visa. Nova yang melihatnya segera memasang mode 456 untuk menangkap Visa. Enopun juga sama.
Visa masih berlari. Mata marah itu pun juga masih mengejarnya. Visa menambah kecepatan larinya siap siap menuju garis finish yang sudah ada Nova dan Eno yang menunggunya untuk menolong.
Visa melompat kepelukan Nova dan “hap!” tangkapan yang bagus. Nova segera menggendong Visa dan berlari. Sementara eno melempar batu kearah kucing dan tikus dengan maksud memperlambat langakah lawan.
Meskipun mereka terengah – engah nampaknya kucing dan tikus tidak kelihatan lagi. Mereka berhenti dibawah pohon. Akhinya mereka selamat dari mata marah itu.
Cerita tentang Navisa, Eno dan Nova pun selesai!
Cerita yang tertinggal ! : sebenarnya tikuslah yang lari mengejar Visa terlebih dahulu. Eh bukan, tikus hanya kelaparan. Karena baru bangun tidur dan melihat roti hasrat hewaninya yang pemburu seolah terlihat mengejar. Padahal dia ingin meraih rotinya saja. Visa yang ketakutan reflek lari. Tikus yang masih ingin roti nya matanya tetap tertuju kearah roti. Lalu mengerjarnya. Dan kucing yang penangakap tikus ingin segera menangkap dan memakan daging tikus yang gemuk itu. Kejar – kejaran deh akhirnya.
Well, rotinya?
Rotinya udah jatuh ditempat? kejadian saat Visa mulai berlari.
And than tikus dan kucing?
tikus yang berubah menjadi kuat dan besar. Tikus lah yang menangkap kucing dan sampe bisa menganggakat kucing.
Eh lah kok? Iya dong, bisa jadi kan?
The end!
*By Ocktria